Basa teh Ciciran Bangsa

Basa teh Ciciran Bangsa! Dari sedikit penglihatan mencoba menorehkan selintas pemikiran berkaitan dengan penggunaan bahasa daerah (Basa Sunda). Saat ini kepedulian masyarakat khususnya para remaja terhadap Bahasa Sunda mulai berkurang, kecenderungan ini tidak hanya terjadi pada komunitas masyarakat perkotaan, tetapi juga diperkampungan. Satu contoh saja penggunaan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari dimana tempat saya menghirup udara rasanya terus berkurang terutama dikalangan remaja. Benar atau tidak, entahlah. Atau mungkin hanya perasaan saja.  (thinking)
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi kebiasaan/budaya berbahasa daerah tersebut, diantaranya banyaknya pendatang dari luar daerah dalam rangka mengenyam pendidikan atau sekedar mencari kerja sehingga secara tidak langsung menuntut untuk menggunakan bahasa persatuan yang dibutuhkan. Untuk alasan tersebut tentunya wajib dijunjung tinggi dan memang harus dilakukan dengan semestinya. Bagaimana pun bahasa persatuan menjadi alat yang vital diperlukan dalam bekomunikasi, entah itu bahasa nasional kita “Bahasa Indonesia” atau pun bahasa internasional “Bahasa Inggris”.

Diluar alasan tersebut sayangnya masih ada alasan yang kurang begitu tepat menurut saya pribadi, kurangnya rasa bangga terhadap bahasa ibu sendiri. Dimana tidak sedikit dalan satu keluarga yang jelas-jelas berasal dari daerah yang sama mulai tidak menggunakan bahasa daerahnya sendiri demi menyeimbangkan tren yang mungkin dianggapnya peningkatan gaya hidup. Kalau melihat dikalangan remaja seakan berkaitan dengan alasan “gengsi”, malu karena bahasanya tidak halus dan lain-lain. “Alah bisa karena biasa” mestinya dipahami, bagaimana bisa menggunakan bahasa yang halus kalau memang tidak dibiasakan menggunakanya. Betul gak? 😀

Basa teh Ciciran Bangsa!

Jika bahasa dipandang sebagai jati diri satu budaya, sudah barang tentu harus terus dilestarikan. Untuk memelihara penggunaan daerah daerah sebagai bahasa ibu, perlu langkah nyata mengenalkannya sejak dini, minimal dilingkungan sendiri atau peningkatan pembelajaran lebih dalam institusi pendidikan mungkin bisa lebih tepat lagi. Jangan sampai anak-anak lebih bangga menggunakan dan memanfaatkan bahasa yang kurang dibutuhkan dalam ruang lingkup tertentu daripada bahasa daerahnya sendiri dalam komunikasi.

Melestarikan bahasa daerah (Bahasa Sunda) tentunya dapat ditempuh dengan berbagai cara. Selain dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat juga dilakukan dengan berbagai ajang perlombaan yang bisa diselenggarakan oleh institusi pendidikan atau organisasi lainya. Seperti perlombaan dongeng, puisi, nyanyi atau kawih, pupuh, pembawa acara alias protokol, pidato, mengarang dan lain-lain. Melalui kegiatan seperti lomba tersebut memungkinkan masyarakat terutama para pelajar bisa mengetahui silsilah budaya yang ada di daerahnya masing-masing sehingga berujung pada rasa bangga akan bahasa ibunya sendiri. Basa teh ciciran bangsa!
Salah-satu photo jadul pamentasan budaya tradisional, dapet nemu dadakan nih (LOL)

Basa teh ciciran bangsa!

Berharap bahasa dan budaya daerah menjadi jati diri masyarakat yang senantiaasa terus dibanggakan dan terpelihara. Selain sebagai pengikat tali silaturahmi dalam hubungan sosial, bahasa merupakan simbol identitas, harkat dan martabat bangsa sesuai dengan pribahasa sunda “basa teh ciciran bangsa” artinya bahasa merupakan identitas satu bangsa. Bagaimana dengan kalian?

Basa teh ciciran bangsa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *